Pagi ini, kokok ayam belum bersautan , jangkrik berderik menggelitik lubang kuping, sesekali suluh angin meraba pelan , membisikkan kabar dingin dari pucuk dedaunan, mata terasa membintul besar, membaluh luh kedinginan, pinggul sembilu tak mau tegak jemari kaku mementikkan pelan, mengurai hitam diantara kubangan putih, tetes demi tetes putih semakin hitam, mengurai menodai dingin menjadi dingin, membawa pesan tawa yang hilang, tawa tamu dalam keheningan segelas air asin untuk tamu tawa, sebagai hormat keibaan. gelas tumpah oleh gelak tawa menyesakkan asin mengalir perlahan menuruni bukit sofa dan marwa, terlempar terisak jauh memasuki lubang lempar jumrah di Mina. Keasinan berirama membawanya pada seantero kulit direndaman segelas air. Sudahlah… Biarkan
Blog khusus untuk ekspresi diri dalam dunia seni dan berkesenian