bismillah, setiap hal yang baik diharapkan akan berbuah baik pula, demikianlah hukum timbal balik yang umum berlaku di hutan rimba alam dunia ini. setiap kita berbuat baik maka harapannya akan dikembalikan dengan baik pula.
kawan kisah nyata ini bermula kala ku mengenal sesuatu yang biasa orang menyebutnya bahagia dan senang. bahagia dan senang itu usut asal usut ternyata berbeda, dimana bahagia itu akhir dari senang, sedang sedang adalah awal dari bahagia.
adapun yang saya rasakan, kala jalan-jalan di permukaan aspal hitam nan panjang, tanpa alas kaki. rasanya sungguh menyakitkan, kulit telapak kaki melepuh, bagian tungkainya hingga berdarah, sela-sela jari kaki mengeluarkan cairan putih yang perih kala setetes air embun menyentuhnya. kesakitan ini tidak lama, ketika ada bidadari datang dari depan, terbang, meski tidak menyapa bahkan tidak melihatku, melihatnya saja saya sudah merasa bahagia. berharap agar suatu saat dipertemukan dengan mereka yang lebih istimewa lagi tentunya.
sejenak rasa sakit hilang terbawa oleh keelokan bidadari surgawi, tubuh ini tak ada gunanya di hadapannya, rasa jiwa ruh menutupi sakitnya dengan kesenangan batiniah sementara.
kaki pun terus berjalan, demi satu tujuan menemukan tempat peristirahatan yang pertama dan terakhir. terlalu banyak tawaran dari warga sekitar yang iba melihat kondisiku,untuk mampir sejenak di rumahnya. namun, hati tidak bisa berbohong bahwa ada dorongan yang lebih kuat di depan sana yang memanggil-manggil meski jauh adanya. sabar dan ikhlas menjalani kesengsaraan.
setelah sekian hari saya berjalan tanpa berhenti sekejappun, makan dan minum pun tidak, persis perut ini belum pernah terisi lagi selain oleh air ludahku yang melengketkan kerongkongan. mata semakin tak mampu membelalak, dalam terang nampak remang-remang. kaki gemetaran hampir tidak mampu lagi berjalan, baju lusuh kumal, yang dulunya berwarna putih bersih sekarang abu-abu kehitam-hitaman, sarung menggulung-gulung lebam dengan debu, kulit yang mulanya putih menjadi hitam mengkilat tebal oleh kemarahan matahari, kopyah yang dulunya hitam manis sekarang kuning ke putih-putihan.
tepat di ujung jalan, dimana tidak ada aspal lagi di depan, koma, koma, koma, koma , koma, koma, koma, koma, koma, koma, koma, koma, koma, titik..........tersenyum,,,,,,
Husnul Khotimah |
adapun yang saya rasakan, kala jalan-jalan di permukaan aspal hitam nan panjang, tanpa alas kaki. rasanya sungguh menyakitkan, kulit telapak kaki melepuh, bagian tungkainya hingga berdarah, sela-sela jari kaki mengeluarkan cairan putih yang perih kala setetes air embun menyentuhnya. kesakitan ini tidak lama, ketika ada bidadari datang dari depan, terbang, meski tidak menyapa bahkan tidak melihatku, melihatnya saja saya sudah merasa bahagia. berharap agar suatu saat dipertemukan dengan mereka yang lebih istimewa lagi tentunya.
sejenak rasa sakit hilang terbawa oleh keelokan bidadari surgawi, tubuh ini tak ada gunanya di hadapannya, rasa jiwa ruh menutupi sakitnya dengan kesenangan batiniah sementara.
kaki pun terus berjalan, demi satu tujuan menemukan tempat peristirahatan yang pertama dan terakhir. terlalu banyak tawaran dari warga sekitar yang iba melihat kondisiku,untuk mampir sejenak di rumahnya. namun, hati tidak bisa berbohong bahwa ada dorongan yang lebih kuat di depan sana yang memanggil-manggil meski jauh adanya. sabar dan ikhlas menjalani kesengsaraan.
setelah sekian hari saya berjalan tanpa berhenti sekejappun, makan dan minum pun tidak, persis perut ini belum pernah terisi lagi selain oleh air ludahku yang melengketkan kerongkongan. mata semakin tak mampu membelalak, dalam terang nampak remang-remang. kaki gemetaran hampir tidak mampu lagi berjalan, baju lusuh kumal, yang dulunya berwarna putih bersih sekarang abu-abu kehitam-hitaman, sarung menggulung-gulung lebam dengan debu, kulit yang mulanya putih menjadi hitam mengkilat tebal oleh kemarahan matahari, kopyah yang dulunya hitam manis sekarang kuning ke putih-putihan.
tepat di ujung jalan, dimana tidak ada aspal lagi di depan, koma, koma, koma, koma , koma, koma, koma, koma, koma, koma, koma, koma, koma, titik..........tersenyum,,,,,,
Comments
Post a Comment